Untuk Apa Manusia Diciptakan?
Hamba. Sebuah kata yang membuat kita bersyukur, haru, dan syahdu. Menyadarkan kembali tentang siapa sebenarnya diri ini, tentang siapa itu manusia. Hamba Allah Subhanahu wa taala. Ar Rahman Ar Rahim. Hamba yang dapat beribadah wajib lima kali setiap hari, dapat berbicara pada-Nya dalam salat, dapat mengaji dan mendapat pahala, dapat berbuat baik kepada sesama juga mendapat pahala.
Untuk apa sebenarnya manusia diciptakan? Apa untuk memperoleh uang banyak, memiliki rumah megah, mobil mewah, dan kemudian mati? Ataukah untuk memperoleh keturunan banyak, prestasi gemilang, penghargaan bertaburan, dan pujian dari manusia di mana-mana, kemudian mati?
Tidak. Bukan untuk itu semua, kawan. Namun, seringnya manusia lupa seolah-olah yang dikejar hanya hal-hal seperti itu. Hanya untuk mendapatkan uang, mobil, rumah, dan bahkan hanya untuk mendapat pujian manusia. Akhirnya, waktu yang diberikan kepada kita selama tinggal di bumi, habis untuk hal yang sia-sia. Tiada memberi manfaat dan tak memberatkan timbangan amal.
Tujuan kita diciptakan hanya satu, yakni sujud pada-Nya. Ibadah-ibadah yang kita lakukan itulah yang akan menjadi pemberat amal dan syafaat pada hari perhitungan nanti. Ingatkan bahwa manusia akan kembali ke surga? Oleh karena itu, lakukan hal-hal yang akan mengantarkanmu ke sana bukan sebaliknya. "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat: 56)
Salat itu sendiri untuk kebutuhan kita, manusia. Jiwa manusia kodratnya terhubung kepada Rabbnya. Supaya hati tidak hampa dan terisi, Allah Subhanahu wa taala mewajibkan kita untuk salat lima waktu. Dalam salat, kita panjatkan ingin, mengingat-Nya, dan memohon ampun pada-Nya. Di sanalah roh merasa segar, jiwa terasa hebat, dan iman meninggi kembali. Dengan iman yang kuat, kita dapat melaksanakan amalan-amalan baik lainnya. Waktu kita benar-benar sibuk pindah dari amalan satu ke amalan lainnya. Tak ada waktu untuk melakukan hal yang sia-sia apalagi maksiat.
Saat berdiri untuk melaksanakan salat, setelah membaca doa Iftitah, membaca Surah Al-Fatihah, Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Seorang hamba dalam salatnya seharusnya memahami makna bacaan yang dibacanya, dengan demikian menjadikan ia lebih khusyuk dan benar-benar sedang berada dalam kondisi berbicara dengan Rabbnya. Tidak berpikiran ke mana-mana, bahkan berkhayal hal lain saat salat. Dalam Surah Al-Fatihah, kita telah berikrar, Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Apa maknanya? Kita sebagai manusia hanya menyembah, hanya beribadah, rukuk, dan sujud kepada Allah. Dan hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Jangan sampai, memohon dan berharap kepada yang lain. Seorang hamba meminta petunjuk ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Jalan orang-orang yang diberi nikmat, jalannya para Nabi, jalan orang-orang saleh yang mana kita ketahui dan kita pelajari, jalan itu memang kadang dipenuhi ujian dan terkadang berliku, namun proses dan akhir jalan tersebut adalah penuh Rahmat-Nya. Jalan itu adalah jalan yang diridai-Nya. Di balik jalan yang berliku tadi, selalu ada pertolongan-Nya.
Jalan yang dimurkai adalah jalan orang-orang Yahudi, yang mana mereka telah mengetahui kebenaran, tetapi tidak menaatinya. Mereka mengenal Nabi Muhammad saw., sebagaimana mereka mengenal anak kandung mereka sendiri, tetapi tetap saja mereka tidak mau beriman kepada Rasulullah saw., dan risalah yang dibawa olehnya disebabkan iri karena Nabi terakhir bukan berasal dari golongan mereka serta sombong dikarenakan mereka kaum yang memiliki perangai selalu merasa lebih baik dibanding yang lain. Jalan yang sesat adalah jalannya orang-orang Nasrani. Mereka mau dan rajin beribadah tetapi salah dalam beribadah, mereka tidak menyembah Allah, Rabbil 'alamin. Hal ini membuat kita menyadari betapa pentingnya ilmu dalam beribadah.
Setelah membaca Surah Al-Fatihah, seorang hamba memilih surah-surah pilihan yang akan dibaca, pemilihan surah-surah tergantung kita sendiri dan dapat juga memilih surah sesuai dengan hajat apa yang akan dipinta. Seorang hamba diberikan pilihan untuk memilih surah-surah yang akan dibaca setelah Al-Fatihah. Yang pastinya surah-surah yang sudah dihafal. Oleh karena itu, perbanyaklah hafalan Al-Qur'an, kawan, dan nasihat ini untuk diri saya juga.
Di dalam surah yang dibaca, terkandung doa. Kemudian hamba tersebut rukuk dengan mengucapkan, "Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung dan pujian untuk-Nya." Sebanyak tiga kali, laksanakan dengan penghayatan makna secara mendalam, maka akan kau rasakan hatimu haru, tak terasa air mata menetes, kau sedang memuji Rabbmu. Sami' allahu liman hamidah, mengangkat tangan untuk iktidal dengan membaca, "Rabb kami, bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu."
Mengingat diri yang sering lupa bahwa pujian hanya milik Allah. Pujian-pujian manusia yang disampaikan ke kita adalah karena Allah tutup aib-aib kita dan atas izin-Nya kebaikan-kebaikan melekat pada diri, tetapi jangan membuat diri bangga dan sombong, sebab sejatinya segala puji hanya milik Allah. Tersungkur sujud, mulut dan hati mengucap, "Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya," sebanyak tiga kali. Duduk antara dua sujud seraya berdoa, "Tuhanku ampuni aku, sayangi aku, tutuplah aib-aibku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkan aku, maafkan aku." Betapa indah doa yang terkandung dalam bacaan duduk antara dua sujud. Pintamu sebagai seorang hamba. Pahami makna dari ayat-ayat yang dibaca dalam salat karenanya kita akan lebih khusyuk.
Pernah melihat seseorang yang pergi kerja subuh dan pulang malam hari, dengan wajah kelelahan dan hati yang kosong, hampa. Setiap hari ia melakukan rutinitas itu bagai sebuah robot. Tanpa kebahagiaan yang tampak pada wajah, tiada senyum merekah. Perkataan yang saya dengar ini bersama-sama mengingatkan kita, jika kau ingin berbicara dengan Rabbmu, maka dirikanlah salat. Jika kau ingin mendengar Rabbmu berbicara padamu, maka baca Al-Qur'an. Ada yang bilang, wah dia bisa menangis membaca Al-Qur'an, karena tahu artinya atau ada yang berpendapat karena ia orang Arab, sehingga paham.
Sedangkan, ada kisah nyata, bukan orang Arab. Ia bahkan hanya mengaji saja, belum membaca terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia, tapi ia tak henti-hentinya menangis. Bahkan mulai mau membaca kembali, air matanya tak berhenti. Tangisan itu dimulai saat bacaannya sudah memasuki tiga juz. Yah, semakin banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang kita baca, walau tanpa kita sadari. Melembutkan hati.
Hati yang dipenuhi maksiat tidak akan mampu menangis karena bacaan Al-Qur'an. Hanya mereka yang jauh dari maksiat yang dapat merasakannya. Berdoalah, agar kita dimudahkan membaca Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an adalah rezeki yang diberikan Allah untuk hamba-Nya. Yang pasti atas hal tersebut, pahala dapat kita raih.
Sumber: Herawati. (2022). Menjadi Hamba yang Dicintai Allah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Posting Komentar untuk "Untuk Apa Manusia Diciptakan?"
Posting Komentar