Jangan Bodoh

Saat ini, setiap hari, berita kembalinya satu per satu tetangga, sahabat, juga orang-orang yang belum dikenal seperti terlalu cepat. Mereka meninggalkan dunia ini, bergantian juga bersamaan tanpa diperkirakan sebelumnya. Saat ajal telah tiba masanya, bagaimanapun hebatnya kedudukan seseorang, cantik atau tampan, muda ataupun tua, bahkan sehat atau sakit, pasti menemui waktu terakhirnya.

Setiap hari, waktu memberitahukan pada saya, bahwa manusia ada ajalnya. Maka bagi orang yang berpikir, ia akan menyadari bahwa dunia ini memang sementara. Kesadaran itu akan membawanya pada kesimpulan bahwa waktu benar-benar harus digunakan sebaik-baiknya. Menyadari bahwa kebaikan tidak untuk ditunda, karena semenit, atau sedetik ke depan tidak ada jaminan masih diberikan kesempatan untuk melakukannya.

Selagi nikmat waktu masih diberikan, maka saat azan berkumandang, ia akan segera bergegas untuk salat. Bila ada ajakan untuk kebaikan, ia langsung menyambutnya. Bila ada peluang untuk bersedekah, ia segera menunaikannya dengan penuh kegembiraan. Jika merasa masih ada maksiat, ia segera dengan sekuat tenaga bertobat.

Mungkin amal kita dalam mengisi waktu tidak akan sempurna, namun Allah tahu bagaimana upaya yang dilakukan, perjuangan yang dikobarkan, serta harta yang disedekahkan. Setidaknya, ia mengurangi perbuatan sia-sia yang mengundang penyesalan. Dengan harapan yang tinggi jika saatnya dipanggil nanti, dalam keadaan melakukan hal terbaik yang dicintai Allah.

Karenanya, menunda beramal baik, termasuk amal utama yaitu salat, menurut Syekh Ibnu Atha'illah merupakan tanda kebodohan.

"Menunda amal karena menunggu waktu yang luang termasuk tanda kebodohan." (Ibnu Atha'illah)

Syekh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi dalam Syarahnya, memberikan penjelasan terhadap Hikmah dari Ibnu Atha'illah tersebut. Bahwa disebut bodoh karena, Pertama, memangnya sampai kapan manusia akan memiliki waktu luang di balik keinginannya menggapai mimpi dalam pekerjaannya? Dan adakah jaminan bahwa waktu luang yang direncanakannya akan sesuai padahal maut sewaktu-waktu akan menjemput? Kedua, mengapa menunda hal-hal yang menjadi kewajibannya sebagai hamba Allah, demi mengejar sesuatu yang sebenarnya telah dijamin untuknya? Ketiga, semua kewajiban dibebankan sebenarnya untuk kepentingan manusia, utamanya untuk mendidik dan membersihkan hati. Sehingga penghidupannya di dunia jauh dari hal-hal yang merugikannya. Seperti pengkhianatan, penipuan, keculasan, kebohongan. Sehingga menjadi pribadi yang jujur dan ikhlas dalam menjalankan apa pun pekerjaannya. Sehingga bodohlah orang yang menunda beramal baik, padahal semuanya untuk dirinya, anugerah Allah dalam kehidupannya.

Masihkah mau menunda amal kebaikan? Padahal detik ini, menit ini, jam ini sepertinya dunia terlihat nyata. Dan seolah akhirat hanya berita dari kitab suci. Nanti setelah tiada, kondisinya akan berbalik, dunia hanya kenangan dan akhirat menjadi kenyataan.

"Demi masa, sungguh, manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-'Asr: 1-3)

Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Posting Komentar untuk "Jangan Bodoh"