Bukan Kafilah Munafik
Menurut pendapat Sayyidina Ibnu Abbas, merupakan hal yang makruh jika seseorang berdiri untuk salat dengan rasa malas. Justru seharusnya seorang muslim, bangkit untuk salat dengan muka berseri, keinginan kuat, serta penuh kegembiraan. Mengapa demikian? Karena ia akan menemui Tuhannya untuk bermunajat, dan mengharapkan ampunannya.
Allah taala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa: 142)
Departemen Agama pada Tafsir Wajiz, menafsirkan ayat di atas bahwa orang munafik itu hendak menipu Allah taala, namun tipuan mereka sia-sia karena justru Allah yang menipu mereka serta membiarkan mereka dalam keadaan penipuan dan kesesatannya. Orang-orang munafik jika melaksanakan salat, baik wajib maupun sunah, mereka melakukannya dengan malas. Mereka tidak melakukan dengan sungguh-sungguh, tidak senang, berat, tidak bersemangat, karena tidak merasakan nikmatnya. Jika melakukan juga hanya untuk ria, ingin dilihat dan dipuji manusia, tidak mengharapkan rida Allah serta takut siksanya. Mereka tidak mengingat Allah, yaitu salat dan zikir, kecuali di hadapan orang dan sedikit sekali, baik dari segi waktunya maupun jumlah yang dilakukannya.
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir juga menyebutkan bahwa di antara ciri kemunafikan adalah salat karena ria. Mereka melakukan salat dengan ria dan mengerjakannya dengan perasaan berat disertai kemalasan.
Imam Ibnu Katsir juga Syekh Wahbah, mengungkapkan bahwa di antara salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat Isya dan Subuh, sebagaimana sabda Rasulullah:
"Sesungguhnya salat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah salat Isya dan salat Subuh." (HR. Muslim)
Mereka, tulis Syekh Wahbah merasa berat terhadap kedua salat itu, karena salat Isya berada dalam kondisi lelah setelah aktivitas di siang hari. Sedangkan Subuh hadir saat waktu istirahat, di mana tidur lebih disenangi dan menjadi prioritas.
Dalam ayat lainnya Allah taala berfirman,
"Tidak ada yang menghalangi infak mereka untuk diterima kecuali karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang kufur kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa)." (QS. At-Taubah: 54)
Infak orang munafik tidak diterima oleh Allah taala, karena tetap ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka salat dengan malas. Jika di hadapan orang mereka salat, namun apabila sendirian ditinggalkan. Salat dilakukan bukan karena Allah, namun karena ria, ingin dilihat melakukan salat. Jika mengeluarkan infak, mereka mengeluarkannya dengan terpaksa.
Rasulullah, ketika mencela orang yang menunda salat dan mengakhirkannya bersabda,
"Itu adalah salatnya orang-orang munafik (Rasulullah bersabda sebanyak tiga kali). Salah seorang dari mereka duduk-duduk menunggu matahari hingga berwarna kekuningan (hampir tenggelam) dan ketika itu matahari berada di antara dua tanduk setan-maka ia baru berdiri untuk menunaikan salat dan ia mematuk empat rakaatnya (maksudnya, ia mengerjakan empat rakaat salat itu dengan sangat cepat seperti seorang burung mematuk makanan di tanah) dan di dalamnya ia tidak menyebut Allah taala kecuali hanya sedikit." (HR. Malik)
Sungguh, jika ada kemalasan dan rasa berat saat melakukan salat wajib. Maka saya harus benar-benar waspada dan instropeksi, karena secara langsung bergabung dengan kafilah munafik. Semoga Allah jauhkan kita dari sifat munafik. Aamiin.
Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Posting Komentar untuk "Bukan Kafilah Munafik"
Posting Komentar