Sebutlah Nama-Nya
Imam Ghazali dan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengungkapkan bahwa kalbu adalah raja dalam diri kita, sementara yang lainnya seperti akal dan nafsu adalah bala tentaranya. Kalbu mendapatkan bisikan dari Allah melalui malaikat atau bahkan langsung dari-Nya. Allah berhubungan dengan manusia melalui kalbu,
"Wahai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) apabila dia menyerumu pada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dengan kalbunya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." (QS. Al-Anfal:24)
Tetapi kalbu juga menerima bisikan dari setan baik berbentuk jin maupun manusia.
Kalbulah yang berperan untuk memerintahkan bala tentaranya untuk melakukan sesuatu. Termasuk di antaranya untuk segera menyambut azan dengan bersegera menunaikan salat.
"Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah kalbu (hati)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Apabila sang raja kalbu lebih memilih untuk mendengar perintah nafsu yang jelek dan setan. Maka ia menggerakkan tubuh dan seluruh bala tentaranya utnuk melakukan perbuatan yang tidak diridai oleh Allah taala. Lalu bagaimanakah agar diri kita dapat terjaga dari bisikan nafsu menyesatkan dan setan. Allah sebagai pencipta nafsu dan setan memberitahukan kepada kita bahwa untuk meminta tolong pada-Nya dari keduanya adalah dengan berzikir kepada-Nya. Syekh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menyatakan bahwa alat pembersih kalbu adalah zikir. Sehingga dengan berzikir, mengkilatlah kalbu hingga mudah mengenali mana bisikan Allah dan mana bisikan nafsu yang buruk serta bisikan setan.
"Empat hal yang membantu kalian membeningkan kalbu: banyak berzikir, banyak diam, banyak khalwat, mengurangi makan dan minum." (Ibnu At-Thaillah)
Kalbu yang telah ditenangkan oleh Allah akan begitu mudah untuk melakukan kebaikan, karena di dalam-nya tidka ada kelalaian ingat kepada Allah taala.
Salah satu ibadah yang sangat diperhatikan dalam kuantitasnya adalah zikir kepada Allah.
"Hai orang beriman, berzikirlah mengingat Allah sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab: 41)
Zikir adalah ibadah yang tidak dibatasi pelaksanaannya, kapan pun, di mana pun, kondisi apa pun zikir tidak boleh terlewatkan karena sedikit saja lengah bisikan keburukan akan masuk, dan jika dibiarkan akan mendominasi informasi yang diterima kalbu.
"Tidak ada seorang anak Adam pun kecuali kalbunya memiliki dua rumah, yang satu dihuni malaikat sementara yang lain dihuni setan. Jika ia berzikir kepada Allah, maka setan akan tertutupi (dan keluar dari huniannya), sementara jika ia tidak berzikir kepada Allah, maka setan akan menancap di kalbunya dan menggodanya." (HR. Ibnu Abu Syaibah)
Agar mudah melakukan kebaikan maka perbanyaklah zikrullah, sehingga kalbu kita akan tergerak saat azan tiba.
Kalbu adalah tempat cinta. Salah satu ciri kecintaan adalah kesenangan menyebut nama kekasihnya. Banyak berzikir kepada Allah taala.
"Sesungguhnya, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Ahzab: 35)
Ketika kalbu hanya terisi cinta kepada Allah, maka panggilan muazin bermakna panggilan kekasih. Jika benar-benar mencintai-Nya akankah mengabaikan panggilan Sang Mahakasih? Dengan memperbanyak berzikir, maka kita sedang mengharapkan pertolongan Allah, agar mudah melakukan kebaikan. Di antaranya amal yang dianjurkan yaitu salat di awal waktu.
Sesungguhnya zikir merupakan obat kalbu dan penawarnya, dan kelalaian adalah penyakitnya. Maka kalbu yang sakit, kesembuhan dan obatnya terdapat pada zikir kepada Allah." (Syekh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)
Sumber: Zuhri, Saepudin. (2022). Salat On Time, Karena Mati Any Time. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Posting Komentar untuk "Sebutlah Nama-Nya"
Posting Komentar